1474232784.252.1588829760.png

SLIDE-1-TITLE-HERE

Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com[...]

SLIDE-2-TITLE-HERE

Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com[...]

SLIDE-3-TITLE-HERE

Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com[...]

If you are going [...]

SLIDE-4-TITLE-HERE

Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com[...]

SLIDE-5-TITLE-HERE

Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com[...]

Jumat, 01 April 2011

Panglima Dayak


Karena beberapa tahun belakangan, terlebih pasca kerusuhan antar-etnis di Kal-Teng dulu, ada banyak orang yg mengaku sbg seorang "Panglima" atau satu dari "Pangkalima Dayak" yg secara mitos dan sejarah lisan terkenal di seluruh penjuru bumi Borneo sbg salah satu leluhur (Tatu Hiang - Bhs. Dayak Ngaju). Banyak juga foto2 beredar menunjukkan Panglima Dayak yg terkenal akan kesaktiannya tsb. Tp semua itu kebanyakan terbukti paslu dan rekayasa, krn merekonstruksi foto2 tetua2 adat Dayak menjadi figur Panglima Dayak. Untung mengurangi kesimpang-siuran berita dan menginformasikan, serta sesuai judul Album: "Maneser Panatau Tatu Hiang Dayak" atau menyelami kekayaan leluhur Dayak, maka sy *dan bbrp teman2 saudara dayak yg prihatin dgn hal ini* berusaha berbagi informasi:

Inilah foto (informasi dari sdr. Verry di Dayak Lover group on FB) 3 Panglima Dayak dari 5 Pangkalima Dayak, leluhur tanah Borneo. Diambil sekitar tahun 1800-an yg mungkin oleh org2 Belanda yg saat itu mengekplor pulau Kalimantan (Data ini ditemukan setelah melakukan pencarian di berbagai arsip. Sumber Berasal Dari Museum Perpustakaan di Belanda. Terimakasih bny utk Bung Verry yg mengizinkan saya utk copast dan sharing di acc pribdi sy).

Perkenalkan:
# Paling ujung adalah Panglima Guntur (konon, orang2 Dayak percaya apabila beliau "turun gunung" dari pertapaannya akan disertai suara gemuruh dari langit, yaitu guntur). Dikenal jg dengan nama Panglima Angsa (artinya Guntur/ Kilat).

# Yang di tengah adalah Panglima Naga Sabui (konon, yg dipercayai orang2 Dayak, Gunung tempat Naga Sabui ada, selalu berpindah tempat, dan hilang dari pandangan mata).

# Yang paling tepi adalah Panglima Burung (beliaui yang terkenal hingga saat ini. terlebih saat beliau dikabarkan ikut "turun gunung" saat membela kehormatan Dayak bbrp tahun lalu di Kalteng).

Pangkalima Dayak atau para panglima ini memakai Gelang Besi Kuning disertai Mahkota. Di hadapan mereka saat itu (maaf terpotong di foto) adalah Raja terakhir Kerajaan asli Dayak di tanah borneo, Rajah Singa Bansa Keturunan Dari Rajah Nansarunai, Kerajaan Nansarunai. (Konon Kharisma Rajak ini bisa membuat siapapun yang melihat nya takjub, tunduk dan berdebar2)

**********
Info tambahan:
# Dua Panglima lainnya dalam Pangkalima Dayak adalah Panglima Batur & Panglima Antang (semoga bs dapat lg dokumentasinya)

#   Karena banyak yg mengakui dirinya sebagai Pangkalima Dayak, maka ciri2 pasti yg HARUS terdapat 
     dalam diri seorang Panglima Dayak adalah:
+) Tatto Melingkar dari kaki sampai ujung kepala atau belakang kepala
+) Mahkota Terbuat dari Besi Kuning
+) Ketiga Rambut Dari Bunyian/Mahluk Halus yang di-kayau (kayau adl tradisi headhunting spt kebiasaan 
     para headhunter)
+) Gelang Besi Kuning atau Gelang ara latek lantak 7x
+) Jarang "turun gunung" kecuali utk urusan genting terkait "Manggatang Utus" atau membela martabat & 
    kehormatan Dayak
+) Jarang (bhkan sudah lama tidak pernah lagi) menampakkan diri, krn mreka konon sdg dlm pertapaan

Note:
Jadi, kalau ada yg mengaku dirinya sbg Panglima/Pangkalima Dayak, jgn mudah percaya. Beliau-beiau bukan mitos dan nyata, tp beliau punya kehidupan yg sangat jauh berbeda dgn kita, anak cucunya yg manusia biasa2 ini. Orang yg hebat dan punya kuasa di luar logika bisa jadi masih banyak di Kalimantan. Tapi untuk sekelas "Panglima" tentunya memiiki kualitas dan kuantitas tersendiri. Tidak sembarang org bisa jadi spt mereka. Selain itu, berhubung kita masih sharing dan mencari informasi tentang kebenarannya, silahkan berbagi informasi positif di sini dan berdiskusi secara sehat. Terima kasih!


Salam Dayakku! Salam semangat tumbang anoi! :)

By Lutfi E. Pratama with 1 comment

Sabtu, 08 Januari 2011

Mitos Bulan Safar

Kebudayaan adalah tradisi komunitas tertentu yang pada gilirannya dianggap sebagai kekayaan dan almamater komunitas tersebut. Karenanya, kebudayaan itu biasanya sulit--untuk tidak mengatakan tidak mungkin--dihilangkan dari masyarakat. Maka Wali Songo memilih kebudayaan masyarakat yang menjadi sasaran dakwahnya. Mereka sadar kalau merubah seratus persen kebudayaan yang ada berarti siap melawan arus yang sangat kuat.

Para da'i pun biasanya menempuh jalan dakwah dengan memoles dan mewarnai kebudayaan 'jahiliyah' itu dengan ruh Islam. Dan uniknya, metode “dakwah polesan” itu cukup sukses menarik simpati kaum abangan. Puncaknya, Islam di tanah Jawa menemukan kejayaan yang sangat berarti.


Salah satu kepercayaan (baca:mitos) yang sudah berkembang di kalangan masyarakat 'awam' adalah tentang misteri bulan Shafar yang diklaim sebagai bulan yang penuh kesialan. Anggapan itu bukan tanpa alasan. Menurut pemahaman mitos ini, kata Shafar berarti sejenis penyakit di dalam perut dan berbentuk ulat besar yang dapat membunuh. Kepercayaan itu sudah ada sejak zaman Jahiliyah. Mereka menganggap bulan Shafar sebagai bulan yang sarat dengan kejelekan.


Selain itu, hari Rabu dianggap sebagai hari nahas kedua setelah bulan Safar. Namun Rabu yang dimaksud adalah hari Rabu terakhir (jawa, Rabu Bekasan ) saja dalam setiap bulan. Ironinya, banyak referensi klasik yang menyebutkan hal itu. Lalu, apa hubungan bulan Shafar dengan hari Rabu--walaupun keduanya sama-sama dianggap sial?


Dalam sebuah referensi klasik disebutkan, bahwa Allah menurunkan 3333 penyakit di bulan Safar, dan hal itu bertepatan dengan hari Rabu terakhir. Maka, bila keduanya bertemu otomatis tensi kenahasannya akan semakin besar: dua kali lipat lebih berbahaya. Naifnya, keyakinan ini sudah beranak-pinak.


Dalam pandangan mereka, hari Rabu terakhir di bulan Shafar tak ubahnya sosok hantu menakutkan. Maka tak heran jika kemudian orang Arab melarang semua anggota keluarganya bepergian di hari Rabu. Di hari itu, semua kerabatnya diperintah untuk menetap di rumah, tidak keluar dan hanya berdiam diri; keluar rumah berarti mengantarkan nyawa pada hantu.


“Tidak ada penyakit menular dan kepercayaan pada rekaan itu tidak benar”. Demikian disabdakan Nabi dalam salah satu haditsnya. Hadits itu bermula dari kepercayaan orang awam yang sangat mempercayai takhayul. Hadits itu untuk mengcounter kepercayaan di atas selain juga berusaha memberantas kepercayaan yang berbau mistik. Ironisnya, keyakinan itu tertanam begitu mendalam, bahkan terkadang sampai pada mentiadakan qadla Allah (na'udzubillah).


Kepercayaan terhadap takhayul sebenarnya sudah ada sejak pra-Islam, Jahiliyah. Nabi pernah berdebat dengan orang Badui terkait hal yang berbau mistis atau takhayul. “Tidak ada penyakit menular dan tidak ada kepercayaan pada takhayul”, sabda Nabi Muhammad. Badui berkata, “Lantas, bagaimana dengan unta yang sehat, kemudian sakit setelah didekati unta yang sakit?” Nabi balas menjawab, “Lalu siapa yang menulari unta pertama?”. Percakapan ini mengindikasikan bahwa kepercayaan seperti itu tidak ada dan tidak dibenarkan adanya menurut perspektif Islam. Sebab, semua hal yang terjadi di dunia ini sudah ditakdirkan oleh Allah SWT.


Dalam sebuah kesempatan, Nabi Muhammad pernah bersabda “Larilah dari penyakit Judam (Kusta), seperti halnya kamu lari dari kejaran macan”. Hadits ini memberi indikasi bahwa takhayul dan kepercayaan orang-orang Jahiliyah sangat beralasan. Bagaimanapun juga, segala sesuatu yang membahayakan harus kita jauhi. Andaikan kepercayaan itu tanpa alasan maka Nabi tidak akan pernah mengatakan hal itu (lari dari penyakit Kusta). Lantas, bagaimana dengan hadits kedua yang justru mentiadakan kepercayaan takhayul?


Syari’at menganjurkan kita untuk berikhtiar dan berusaha menjauhi semua hal yang berbahaya bagi jiwa. Di sinilah pentingnya mengkompromikan kedua hadits tersebut guna menghindari mispersepsi sebagian orang awam.


Para ulama menjelaskan bahwa hadits pertama itu menafikan fanatisme buta orang-orang Jahiliyah yang menvonis kelemahan takdir Allah dibanding kepercayaan dari nenek moyang yang tertanam dalam jiwa mereka. Akhirnya hari nahas diklaim setara dengan takdir; bisa menentukan hidup dan mati seseorang. Sedangkan hadits yang kedua, menganjurkan kita agar menjauhi sebab lahiriah dari terjangkit penyakit. Salah satu caranya adalah dengan menjauhi sebab-sebab pernyakit. Sedangkan sebab-sebab yang bersifat bathiniyah manusia tidak mempunyai hak untuk mengatur. Klaim hari nahas adalah salah satu dari Bathiniyah, yang siapapun tidak memiliki otoritas untuk menentukannya selain Allah.


Pada hakikatnya tidak ada yang bisa menolak datangnya penyakit yang digariskan Allah. Segalanya ada dalam sifat absolutisme Allah sejak zaman Azaly. Oleh karena itu, kita hanya diperintahkan untuk melakukan langkah antisipatif (ikhtiar), atau setidaknya menunda datangnya penyakit yang dimaksud dengan menjauhi penyebabnya. Salah satunya dengan berdo’a, memperbanyak sadaqah dan beramal baik. Bahkan dalam sebuah hadits disebutkan, “Yang dapat menolak penyakit hanya do’a. Apabila penyakit itu tertolak, maka itupun bagian dari takdir Ilahi” (HR. Turmudzi).


Oleh karena itu, tidak ada istilah hari atau bulan nahas, celaka, sial dan lain sebagainya. Yang ada hanyalah hari dan bulan yang mulia. Seperti Ramadlan, Syawal dan Dzulhijjah, termasuk Shafar dengan dilihat sebagai media guna meningkatkan amal ibadah kita.


Kehidupan ini berjalan atas takdir dan kekuasaan Allah. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari takdir. Toh, semuanya itu ada tujuan dan manfaatnya. Namun demikian, takdir bukanlah harga mati, sebagaimana diasumsikan sebagian orang selama ini. Takdir masih bisa “ditawar”. Tergantung bagaimana kita “merayu” Allah dengan do’a yang dapat mengetuk pintu rahmat-Nya.

By Lutfi E. Pratama with No comments